ASSALAMUALAIKUM WR.WB


SELAMAT DATANG DI MUSLIM BLOG
TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI MUSLIM BLOG,SEMOGA BERMANFAAT.MOHON MAAF BILA ADA KESALAHAN TULISAN,NAMA,KEJADIAN,DAN YANG LAINNYA.

Sabtu, 24 September 2011

Naskah Buddhisme Tentang Nabi Muhammad SAW




NASKAH BUDDHISME TENTANG NABI MUHAMMAD SAWKH. Jalaludin Rakhmat
Tanggal 1 Juni, saudara-saudara kita yang beragama Buddha memperingati Waisak. Pada hari itu Gautama dilahirkan di Taman Lumbini tahun 623 SM,  memperoleh pencerahan dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya tahun 588 S.M, dan meninggal di Kusinara tahun 543 SM. Seperti Buddha, menurut sebagian muarrikh Nabi Muhammad lahir, mendapat wahyu, dan meninggal pada hari yang sama.  Menurut Al-Quran, semua agama kembali kepada Allah swt (Al-Maidah 48), walaupun setiap agama mempunyai syariat dan aturan yang berbeda.  Di bawah ini kami cantumkan pendapat salah seorang di antara sahabat kami tentang hasil penelitiannya pada naskah-naskah agama Buddha.  Ia memperlihatkan kesamaan antara karakteristik Nabi Muhammad saw dan Buddha.  Terpulang kepada Anda untuk merenungkannya.
Pemimpin umat Buddha Sidharta Gautama, telah meramalkan kedatangan seorang manusia yang mendapat wahyu. Dalam Kitab Buddha yang ditulis Caras (h. 217-218) termaktub bahwa tokoh besar ini akan datang ke dunia dengan nama Maitreya.  Dalam Cakkavatti-Sihanada Suttana namanya disebut sebagai  "Metteyya". Kedua kata ini berarti "Yang Penuh Kasih". Dengan merujuk pada sejarah Nabi saw, kita juga menemukan Nabi sebagai orang yang penuh kasih. Al-Quran menyebutnya “al-rauf al-rahÍm”, sangat santun dan penuh kasih (Al-Tawbah 128).
Ada
kesamaan-kesamaan lainnya antara Metteya dengan Nabi Muhammad seperti dikatakan dalam naskah Buddhis:  "Pengikut Maitreya berjumlah ribuan, sedangkan jumlah pengikutku ratusan". Ada persamaan-persamaan lainnya yang akan dijelaskan di bawah.
Dalam Kitab Buddha (oleh Carus – h 214), Buddha digambarkan berkulit bersih dan mencapai pencerahan tertinggi pada malam hari.  Ia meninggalkan dunia secara alamiah dan kelihatan tampak terang sebelum kematiaanya. Setelah meninggal dunia ia tidak berada lagi di bumi. Semua keterangan ini dapat dinisbahkan kepada Nabi Islam. (Bacalah sejarah hidup Nabi Muhammad).

Dalam Si-Yu-Ki, Vol I, h.229, disebutkan bahwa "... tidak ada kata yang dapat menggambarkan keindahan  Maitreya".  Saya serahkan kepada Anda untuk meneliti sejarah Islam. Baik Muslim maupun non-Muslim sepakat menyatakan bahwa Nabi Muhammad (S.A.W.) memang sangat tampan dan indah. Dalam salah satu puisinya Sa’di berkata: “ia mencapai ketinggian dengan kesempurnaannya. Ia menyingkapkan kegelapan dengan keindahannya. Sangat indah semua perilakunya. Sampaikan salawat baginya dan keluarganya”

Si-Yu-Ki
Vol I. (h.229) selanjutnya menyebutkan “….suara yang nyaring dari Bodhisattva (Maitreya) lembut, bening dan jelas; semua yang mendengarkannya tidak pernah bosan, semua yang mendengarnya tidak pernah puas” “Bahasa Arab terkenal keindahannya. Selanjutnya kitab suci al Qur’an dianggap sebagai karya sastra yang paling tinggi baik oleh kawan maupun lawan”
Kitab Suci Buddha menjelaskan lebih lanjut karakteristik tokoh besar ini (yang mereka sebut sebagi Buddha). Untuk memenuhi syarat menjadi Maitreya, ia harus memenuhi syarat-syarat ini.
Seorang Buddha harus manusia bukan Tuhan. Seorang Buddha harus memiliki Lima anugrah istimewa, yakni, anugrah khazanah, anugrah anak, anugrah istri, anugrah kekuasaan ( kepimpinan atau kenegarawan) dan anugrah kehidupan.
Di samping itu Buddha harus tidak punya guru, artinya tidak mengalami pendidikan formal. Gautama juga menegaskan bahwa seorang Budha hanyalah seorang manusia biasa, keselamatan bergantung pada amal saleh individu. Tugas Buddha adalah memberi peringatan, ia tidak mengaku sebagai makhluk supernatural. Semua sifat ini sangat sesuai dengan kehidupan  Muhammad (S.A.W.).

Kesamaan lainnya yang harus disebut ialah bahwa untuk setiap Buddha yang tercerahkan harus ada sejenis “pohon Bo”.

Sebagian peneliti modern mengatakan bahwa pohon Bo dari Maitreya adalah pohon dengan kayu yang keras dan padat. Nabi Muhammad SAW mempunyai pohon di  Hudaibiyah, tempat di sahkannya perjanjian yang penting. Al QUr’an menyebut pohon ini, "Syajar”  (
Surat 48:18).
"Syajar" menurut sebagian ulama berarti setiap pohon yang bercabang keras. Inipun merupakan persamaan yang menakjubkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar